BAB II
TINJAUAN
PUSTAKA
A. Pendidikan Kesehatan
1. Pengertian
Pendidikan Kesehatan
Proses perubahan
perilaku secara terencana pada diri individu, kelompok atau masyarakat untuk
dapat lebih mandiri dalam mencapai tujuan hidup sehat. Pendidikan kesehatan merupakan
proses belajar pada individu, kelompok atau masyarakat dari tidak tau menjadi
tahu, dan dari tidak mampu mengatasi masalah kesehatan sendiri menjadi mandiri.
Sehingga pendidikan kesehatan merupakan suatu usaha atau kegiatan untuk
membantu individu, kelompok dan masyarakat dalam meningkatkan kemampu an baik pengetahuan, sikap maupun
ketrampilan agar tercapai hidup sehat secara optimal (Suliha, 2002).
2. Tujuan
Pendidikan Kesehatan
Tujuan
pendidikan kesehatan secara umum yaitu untuk mengubah perilaku individu atau
masyarakat dalam bidang kesehatan.selain itu tujuan pendidikan kesehatan
adalah:
a.
Menjadikan kesehatan sebagai suatu yang
bernilai di masyarakat
b.
Menolong
individu agar mampu secara mandiri atau berkelompok
c.
Menolong
pengembangan dan penggunaan secara tepat sarana pelayanan kesehatan yang ada
d.
Agar
penderita (masyarakat) memiliki tanggung Jawab yang lebih besar pada kesehatan
dirinya
e.
Agar
orang melakukan langkah- langkah positif dalam mencegah terjadinya sakit,
mencegah berkembangnya sakit menjadi parah dan mencegah keadaan ketergantungan
melalui rehabilitas cacat yang di sebabkan oleh penyakit
f.
Agar
orang memiliki pengertian yang lebih baik tentang eksistensi
perubahan-perubahan sistem, cara memanfaatkannya dengan efisien dan efektif
g.
Agar
orang mempelajari apa yang dapat dia lakukan sendiri dan bagaimana caranya
tanpa selalu meminta pertolongan kepada sistem pelayanan kesehatan yang formal
( Notoatmodjo, 2010)
3. Faktor-faktor
yang mempengaruhi dalam penyuluhan
Menurut Effendy (1998),
banyak faktor
yang mempengaruhi keberhasilan suatu penyuluhan kesehatan masyarakat, apakah
itu dari penyuluh, sasaran, atau dalam proses penyuluhan itu.
a. Faktor
penyuluh
1) Kurang
persiapan
2) Kurang
menguasai materi yang dijelaskan
3) Penampilan
kurang meyakinkan sasaran
4) Suara
kurang dapat didengar dan terlalu kecil
b. Faktor
sasaran
1) Tingkat
pendidikan terlalu rendah sehingga sulit mencerna pesan yang disampaikan
2) Tingkat
sosial ekonomi
3) Kepercayaan
dan adat istiadat
4) Kondisi
lingkungan
c. Faktor
proses dalam penyuluhan
1) Waktu
penyuluhan tidak sesuai dengan waktu yang diinginkan sasaran.
2) Tempat
penyuluhan dekat dengan keramaian.
3) Jumlah
sasaran terlalu banyak.
4) Metode
yang digunakan kurang tepat.
5) Bahasa
yang digunakan sulit dimengerti.
4. Ruang
Lingkup Pendidikan Kesehatan
Ruang lingkup pendidikan kesehatan
yaitu :
a. Dimensi
Sasaran
1)
Pendidikan kesehatan individual dengan
sasaran indidvidu
2)
Pendidikan kesehatan kelompok dengan
sasaran kelompok
3)
Pendidikan kesehatan masyarakat dengan
sasaran masyarakat.
b. Dimensi
Tempat Pelaksanaannya
1)
Pendidikan kesehatan di sekolah,
dilakukan di sekolah dengan sasaran murid yang pelaksanaannya diintregasikan
dengan Upaya Kesehatan Sekolah (UKS).
2)
Pendidikan kesehatan di pelayanan
kesehatan, dilakukan di Pusat Kesehatan Masyarakat, Balai Kesehatan, Rumah
Sakit Umum maupun khusus dengan sasaran pasien dan keluarga pasien.
3)
Pendidikan kesehatan di tempat-tempat
kerja dengan sasaran buruh atau karyawan.
c. Tingkat
Pelayanan Pendidikan Kesehatan
1)
Promosi kesehatan (Health Promotion)
2)
Perlindungan Khusus (Specific Protection)
3)
Diagnosa dini dan pengobatan segera (Early Diagnosis and Prompt Treatment)
4)
Pembatasan cacat (Disability Limitation)
5)
Rehabilitasi (Rehabilitation). (Mubarak, 2006)
5. Metode
Pembelajaran dalam pendidikan Kesehatan
a. Metode ceramah
Ceramah ialah cara menyajikan
pelajaran melalui penuturan secara lisan atau penjelasan langsung pada
sekelompok peserta didik. Beberapa kelemahan metode ceramah adalah :
1)
Membuat peserta didik pasif
2)
Mengandung daya kritis peserta didik
3)
Mengandung unsure paksaan kepada peserta
didik
4)
Peserta didik yang lebih tanggap dari
visi visual akan menjadi rugi dan peserta didik yang lebih tanggap auditifnya
dapat lebih besar menerimanya
5)
Sukar mengontrol sejauh mana pemerolehan
belajar peserta didik
6)
Kegiatan pengajaran menjadi verbalisme
7)
Bila terlalu lama membosankan
Beberapa kelebihan metode ceramah
adalah :
1) Guru
mudah menguasai kelas
2) Guru
mudah menerangkan bahan pelajaran berjumlah besar
3) Dapat
diikuti peserta didik dalam jumlah besar
b. Metode
diskusi kelompok
Diskusi kelompok ialah percakapan
yang direncanakan atau dipersiapkan diantara tiga orang atau lebih tentang
topik tertentu dengan seorang pemimpin, untuk memecahkan suatu permasalahan
serta membuat suatu keputusan.
Bebrapa kelebihan metode diskusi
kelompok adalah :
1)
menyadarkan
anak didik bahwa masalah dapat dipecahkan dengan berbagai jalan
2)
Menyadarkan
anak didik bahwa dengan berdiskusi mereka salaing mengemukanan pendapat secara
konstruktif sehingga dapat diperoleh keputusan yang lebih baik
3)
Membiasakan
anak didik untuk mendengarkan pendapat orang lain sekalipun berbeda dengan
pendapatnya dan membiasakan bersikap toleransi
Kelemahan metode diskusi kelompok
adalah :
1) Tidak dapat dipakai dalam kelompok yang besar
2) Peserta diskusi mendapat informasi yang terbatas
3) Dapat dikuasai oleh orang-orang yang suka berbicara
4) Biasanya orang menghendaki pendekatan yang lebih formal
(Syaiful Bahri Djamarah, 2000)
c. Metode
panel
Panel adalah pembicara yang sudah
direncanakan di depan pengunjung tentang sebuah topik dan diperlukan tiga
panelis atau lebih serta diperlukan seorang pemimpin. Dalam diskusi panel
audiens tidak terlibat secara langsung, tetapi berperan sebagai peninjau papra
panelis yang sedang berdiskusi.
Beberapa kelemahan metode panel
adalah :
1) Membangkitkan pikiran.
2) Mengemukakan pandangan yang berbeda-beda.
3) Mendorong ke analisis lebih lanjut.
4) Memanfaatkan para ahli untuk
berpendapat dan proses pemikirannya dapat membelajarkan orang lain.
Adapun kelebihannya adalah :
1) Mudah tersesat bila moderator tidak
terampil.
2) Memungkinkan panelis berbicara terlalu
banyak.
3) Tidak memberi kesempatan peserta
untuk berbicara.
4) Cenderung menjadi serial pidato
pendek.
5) Membutuhkan persiapan yang cukup
masak.
d. Metode
Permainan Peran
Bermain peran adalah metode
pembelajaran sebagai bagian dari simulasi yang diarahkan untuk mengkreasikan
peristiwa sejarah, mengkreasi peristiwa-peristiwa actual, atau
kejadian-kejadian yang mungkin muncul pada masa mendatang.
Beberapa kekurangan metode bermain
peran adalah :
1)
Memerlukan persiapan yang teliti dan
matang
2)
Kadang-kadang peserta tidak mau
mendramatisasikan suatu adegan karena malu dan takut
3)
Kita tidak dapat mengambil kesimpulan
jika pelaksanaan dramatisasi itu gagal
4)
Metode ini memakan waktu yang cukup
banyak.
Adapun kelebihan dari metode
bermain peran adalah :
1) Untuk
melatih dan menanamkan pengertian dan perasaan seseorang
2) Untuk
menumbuhkan rasa kesetiakawanan social dan rasa tanggung jawab dalam memikul
amanah yang telah dipercayakan
3) Untuk
mengembangkan bakat dan potensi yang
dimiliki oleh peserta didik
4) Metode
ini akan menarik perhatian peserta didik, sehingga dengan begitu suasana
didalam kelas akan menjadi lebih hidup dan menyenangkan (Zuhairini, 1993)
e. Permainan
Simulasi (Simulation Game)
Metode ini adalah merupakan
gambaran antara role play dengan diskusi kelompok. Pesan-pesan kesehatan
disajikan dalam beberapa bentuk permainan seperti permainan monopoli. Cara
memainkannya persis seperti bermain monopoli dengan menggunakan dadu, gaco
(penunjuk arah), selain beberan atau papan main. Beberapa orang menjadi pemain
dan sebagian lagi berperan sebagai nama sumber.
Metode simulasi dalam pendidikan
kesehatan adalah pembelajaran yang memerikan kesempatan kepada pembelajar untuk
meniru suatu kegiatan yang dituntut dalam pekerjaan sehari-hari atau berkaitan
dengan pekerjaan sehari-hari atau berkaitan dengan tanggung jawabnya.
Tujuan
metode simulasi adalah sebagai berikut :
1) Meningkatkan
akselerasi pemikiran dan perasaan dengan sikap dan psikomotorik pembelajar,
kemampuan pembelajar ditingkatkan dalam keterampilan berkomunikasi sederhana
dan kepekaan terhadap aksi orang lain agar terbentuk sikap peduli terhadap
lingkungan sekitarnya.
2) Menghayati
berbagai masalah yang mungkin dihadapi oleh peran yang dimainkan.
3) Menggunakan
pengalaman perannya dalam simulasi untuk mengatasi permasalahan yang dihadapi.
4) Memperoleh
persepsi, pandangan ataupun mengalami perasaan kejiwaan dan batin tertentu.
5) Menanamkan
disiplin dan sikap berhati-hati.
6) Memberi
kesempatan berlatih menguasai keterampilan tertentu melalui situasi buatan,
sehingga pembelajar terbebas dari resiko pekerjaan berbahaya.
Kelebihan dan kekurangan dari metode simulasi adalah sebagai
berikut :
1)
Menguasai keterampilan tanpa
membahayakan dirinya atau orang lain dan tanpa menanggung kerugian.
2)
Melibatkan pembelajar secara
aktif dan memberikan kesempatan kepada pembelajar terlibat secara langsung
dalam kegiatan belajar dan melakukan eksperimen tanpa takut-takut terhadap
akibat yang mungkin timbul di dalam lingkungan yang sesungguhnya.
3)
Meningkatkan berfikir secara
kritis, karena pembelajar dilibatkan secara aktif dalam proses pembelajaran.
4)
Belajar memahami suatu kegiatan
tertentu.
5)
Dapat meningkatkan motivasi pembelajar
6)
Bermanfaat untuk tugas-tugas yang
memerlukan praktek tetapi lahan praktek tidak memadai
7)
Memberi kesempatan berlatih mengambil
keputusan yang mungkin tidak dapat dilakukan dalam situasi nyata.
8)
Dapat membentuk kemampuan menilai
situasi dan membuat pertimbangan berdasarkan kemungkinan yang muncul.
9)
Dapat meningkatkan disiplin dan meningkatkan
sikap kehati-hatian.
Adapun kekurangan metode simulasi :
1)
Kurang efektif untuk menyampaikan
informasi umum.
2)
Kurang efektif untuk kelas yang
besar, karena umumnya kan efektif bila dilakukan untuk perorangan atau group
yang kecil.
3)
Memerlukan fasilitas khusus yang
mungkin sulit untuk disediakan di tempat latihan, karena diperlukan alat bantu.
4)
Dibutuhkan waktu yang lama, bila
semua pembelajaran harus melakukannya.
5)
Media berlatih yang merupakan
situasi buatan tidak selalu sama dengan situasi sebelumnya, baik dalam
kecanggihan alat, lingkungan dan sebagainya.
6)
Memerlukan biaya yang lebih banyak
(Syaefuddin, 2002).
f. Metode
Simposium
Simposium adalah metode mengajar
dengan membahas suatu persoalan dipandang dari berbagai sudut pandang
berdasarkan keahlian. Setelah para penyaji memberikan pandangan tentang masalah
yang dibahas, maka symposium diakhiri dengan pembacaan kesimpulan.
Kekurangan dari metode symposium
adalah :
1) Kurang spontanitas dan kneatifitas
karena pembahas maupun penyanggah sudah ditentukan.
2) Kurang interaksi kelompok.
3) Menekankan pokok pembicaraan.
4) Agak terasa formal.
5) Kepribadian pembicara dapat
menekankan materi.
6) Sulit mengadakan kontnol waktu.
7) Secara umum membatasi pendapat
pembicara.
8) Membutuhkan perencanaan sebelumnya
dengan hati-hati untuk menjamin jangkauan yang tepat.
Adapun kelebihan dari metode
symposium adalah :
1) Dapat dipakai pada kelompok besar
maupun kecil.
2) Dapat mengemukakan informnasi banyak
dalam waktu singkat.
3) Pergantian pembicara menambah
variasi dan sorotan dari berbagai segi akan menjadi sidang lebih menarik.
4) Dapat direncanakan jauh sebelumnya.
g. Metode
Demonstrasi
Metode Demonstrasi adalah metode
penyajian pembelajaran dengan memperagakan dan mempertunjukan kepada peserta
didik tentang suatu proses, situasi atau benda tertentu, baik sebenarnya atau
hanya sekedar tiruan. (Sanjaya, 2008)
Demonstrasi adalah teknik yang
digunakan untuk membelajarkan peserta dengan cara menceritakan dan memperagakan
suatu langkah-langkah pengerjaan sesuatu. Demonstrasi merupakan praktik yang
diperagakan kepada peserta. Karena itu, demonstrasi dapat dibagi menjadi dua
tujuan : demonstrasi proses untuk memahami langkah demi langkah dan demonstrasi
hasil untuk memperlihatkan atau memperagakan hasil dari sebuah proses.
Biasanya, setelah demonstrasi peserta akan memperoleh pengalaman belajar
langsung setelah melihat, melakukan, dan merasakan sendiri. Tujuan dari
demonstrasi yang dikombinasikan dengan praktek adalah membuat perubahan pada
ranah keterampilan.
Sedangkan pengertian metode demonstrasi menurut
(Muhibbin Syah) adalah Metode mengajar dengan cara memperagakan barang,
kejadian, aturan dan urutan melakukan kegiatan, baik secara langsung maupun
melalui penggunaan media pengajaran yang relevan dengan pokok bahasan atau
materi yang sedang disajikan
Kelebihan
metode demonstrasi adalah :
1)
Dapat membuat pengajar menjadi lebih jelas dan
lebih konkret sehingga menghindari verbalisme
2)
Peserta lebih mudah memahami apa yang
dipelajari
3)
Proses pengajaran lebih menarik
4)
Peserta dirangsang untuk aktif mengamati,
menyesuaikan antara teori dengan kenyataan dan mencoba melakukannya sendiri.
Adapun kekurangan metode demonstrasi adalah :
1)
Metode ini memerlukan keterampilan guru secara
khusus, karena tanpa ditunjang dengan hal ini, pelaksana demonstrasi akan tidak
efektif
2)
Fasilitas seperti peralatan, tempat dan biaya
yang memadai tidak selalu tersedia dengan baik
3)
Demonstrasi memerlukan kesiapan dan perencanaan
yang matang disamping memerlukan waktu yang cukup panjang yang mungkin terpaksa
mengambil waktu atau jam pelajaran lain (Djamarah 2006).
6. Media
pendidikan kesehatan
Media pendidikan kesehatan pada
hakikatnya adalah alat bantu pendidikan
(audio visual aids/AVA).
Berdasarkan fungsinya sebagai penyaluran pesan-pesan kesehatan (media), media
ini dibagi menjadi 3 : cetak, elektronik, media papan (bill board).
a.
Media cetak
1) Booklet
: untuk menyampaikan pesan dalam bentuk buku, baik tulisan maupun gambar.
2) Leaflet
: melalui lembar yang dilipat, isi pesan bisa gambar/tulisan atau keduanya.
3) Flyer
(selebaran) ; seperti leaflet tetapi tidak dalam bentuk lipatan.
4)
Flip chart (lembar Balik) ;
pesan/informasi kesehatan dalam bentuk lembar balik. Biasanya dalam bentuk
buku, dimana tiap lembar (halaman) berisi gambar peragaan dan di baliknya
berisi kalimat sebagai pesan/informasi berkaitan dengan gambar tersebut.
5)
Rubrik/tulisan-tulisan pada surat kabar
atau majalah, mengenai bahasan suatu masalah kesehatan, atau hal-hal yang
berkaitan dengan kesehatan.
6)
Poster ialah bentuk media cetak berisi
pesan-pesan/informasi kesehatan, yang biasanya ditempel di tembok-tembok, di
tempat-tempat umum, atau di kendaraan umum.
7)
Foto, yang mengungkapkan
informasi-informasi kesehatan.
b. Media
elektronik
1) Televisi
; dapat dalam bentuk sinetron, sandiwara, forum diskusi/tanya jawab,
pidato/ceramah, TV, Spot, quiz, atau cerdas cermat, dll.
2) Radio
; bisa dalam bentuk obrolan/tanya jawab, sandiwara radio, ceramah, radio spot,
dll.
3) Video
Compact Disc (VCD)
4) Slide
: slide juga dapat digunakan untuk menyampaikan pesan/informasi kesehatan.
5) Film
strip juga dapat digunakan untuk menyampaikan pesan kesehatan.
c.
Media papan (bill board)
Papan/bill board yang dipasang di
tempat-tempat umum dapat dipakai diisi dengan pesan-pesan atau informasi –
informasi kesehatan. Media papan di sini juga mencakup pesan-pesan yang ditulis
pada lembaran seng yang ditempel pada kendaraan umum (bus/taksi) (Notoatmodjo,
2010).
B.
Bayi
1. Pengertian Bayi
Menurut Choirunisa
(2009) dalam Musariah (2011) Bayi merupakan makluk yang sangat peka dan halus,
seorang bayi merupakan manusia yang baru lahir sampai umur 1 tahun, namun tidak
ada batasan yang pasti, pada saat ini bayi sangat lucu dan menggemaskan tetapi
juga rentan terhadap kematian.
2.
Tumbuh
Kembang Bayi Usia 1 – 12 Bulan
Tidak
semua bayi memiliki tumbuh kembang yang sama, karena tentu berbeda-beda faktor
pertumbuhannya. Tetapi berbeda pula dengan bayi yang tumbuh dan berkembang
dengan sehat dan normal. Namun, jika Anda khawatir karena tumbuh kembang si
kecil berbeda dengan bayi lainnya, seperti lebih lambat atau lebih cepat dari
pertumbuhan umumnya, bisa Anda konsultasikan dengan dokter. Berikut
tahapan pertumbuhan bayi pada
setiap usianya :
a. Usia 1
bulan
1) Di hari-hari pertama setelah
kelahiran, bayi belum bisa membuka matanya. Namun setelah berjalan beberapa
hari kemudian, ia akan bisa melihat pada jarak 20 cm.
2) Bulan pertama ini bayi akan memulai
adaptasinya dengan lingkungan baru
3) Memiliki gerakan refleks alami.
4) Memiliki kepekaan terhadap sentuhan.
5) Secara refleks kepalanya akan
bergerak ke bagian tubuh yang disentuh.
6) Sedikit demi sedikit sudah bisa
tersenyum.
7) Komunikasi yang digunakan adalah
menangis. Arti dari tangisan itu sendiri akan Anda ketahui setelah mengenal
tangisannya, apakah ia lapar, haus, gerah, atau hal lainnya.
8) Peka terhadap sentuhan jari yang
disentuh ke tangannya hingga ia memegang jari tersebut.
9) Tiada hari tanpa menghabiskan
waktunya dengan tidur.
b. Usia 2
bulan
1) Sudah bisa melihat dengan jelas dan
bisa membedakan muka dengan suara.
2) Bisa menggerakkan kepala ke kiri
atau ke kanan, dan ke tengah.
3) Bereaksi kaget atau terkejut saat
mendengar suara keras.
c. Usia 3
bulan
1) Sudah mulai bisa mengangkat kepala
setinggi 45 derajat.
2) Memberikan reaksi ocehan ataupun
menyahut dengan ocehan.
3) Tertawanya sudah mulai keras.
4) Bisa membalas senyum di saat Anda
mengajaknya bicara atau tersenyum.
5) Mulai mengenal ibu dengan
penglihatannya, penciuman, pendengaran, serta kontak.
d.
Usia 4 bulan
1) Bisa berbalik dari mulai telungkup
ke terlentang.
2) Sudah bisa mengangkat kepala setinggi
90 derajat.
3) Sudah bisa menggenggam benda yang
ada di jari jemarinya.
4) Mulai memperluas jarak pandangannya.
e.
Usia 5 bulan
1) Dapat mempertahankan posisi kepala
tetap tegak dan stabil.
2) Mulai memainkan dan memegang
tangannya sendiri.
3) Matanya sudah bisa tertuju pada
benda-benda kecil.
f.
Usia 6 bulan
1) Bisa meraih benda yang terdapat
dalam jangkauannya.
2) Saat tertawa terkadang
memperlihatkan kegembiraan dengan suara tawa yang ceria.
3) Sudah bisa bermain sendiri.
4) Akan tersenyum saat melihat gambar
atau saat sedang bermain.
g.
Usia 7 bulan
1) Sudah bisa duduk sendiri dengan
sikap bersila.
2) Mulai belajar merangkak.
3) Bisa bermain tepuk tangan dan
cilukba.
h.
Usia 8 bulan
1) Merangkak untuk mendekati seseorang
atau mengambil mainannya.
2) Bisa memindahkan benda dari tangan
satu ke tangan lainnya.
3) Sudah bisa mengeluarkan suara-suara
seperti, mamama, bababa, dadada, tatata.
4) Bisa memegang dan makan kue sendiri.
5) Dapat mengambil benda-benda yang
tidak terlalu besar.
i.
Usia 9 bulan
1) Sudah mulai belajar berdiri dengan
kedua kaki yang juga ikut menyangga berat badannya.
2) Mengambil benda-benda yang dipegang
di kedua tangannya.
3) Mulai bisa mencari mainan atau benda
yang jatuh di sekitarnya.
4) Senang melempar-lemparkan benda atau
mainan.
j.
Usia 10 bulan
1) Mulai belajar mengangkat badannya
pada posisi berdiri.
2) Bisa menggenggam benda yang dipegang
dengan erat.
3) Dapat mengulurkan badan atau
lengannya untuk meraih mainan.
k.
Usia 11 bulan
1) Setelah bisa mengangkat badannya,
mulai belajar berdiri dan berpegangan dengan kursi atau meja selama 30 detik.
2) Mulai senang memasukkan sesuatu ke
dalam mulut.
3) Bisa mengulang untuk menirukan bunyi
yang didengar.
4) Senang diajak bermain cilukba.
l.
Usia 12 bulan
1) Mulai berjalan dengan dituntun.
2) Bisa menyebutkan 2-3 suku kata yang
sama.
3) Mengembangkan rasa ingin tahu, suka
memegang apa saja.
4) Mulai mengenal dan berkembang dengan
lingkungan sekitarnya.
5) Reaksi cepat terhadap suara
berbisik.
6) Sudah bisa mengenal anggota
keluarga.
7) Tidak cepat mengenal orang baru
serta takut dengan orang yang tidak dikenal/asing.
3. Tumbuh Kembang Bayi Usia 1-2 Tahun
Menginjak
usia 13 – 15 bulan, umumnya bayi akan mulai berjalan lancer tanpa bantuan orang
dewasa. Ia mulai dapat menggunakan bahasa tubuh untuk berkomunikasi dan senang
berkumpul dengan anak-anak seusianya. Di usia ini, bayi cenderung suka meniru
orang tua atau orang-orang di sekitarnya. Kemampuan motorik halusnya mulai
berkembang di usia 15 bulan. Ia senang mewarnai dengan alat warna, makan dengan
sendok, menyikat gigi, menyisir, dan sebagainya. Imajinasi juga mulai tumbuh,
karena itu ia sering mengajak ngobrol mainannya.
Bayi dapat
memahami bahasa dan mengaplikasikannya secara sederhana di usia yang ke 16-21
bulan. Ia juga bias diajari untuk mengklasifikasikan benda (mengenal bentuk,
warna, dan sebagainya). Dimasa ini juga ia mulai bias berlari kencang, dan ia
sangat suka berlari. Ia juga senang aktif ‘berpetualang’ memanjat apapun yang
bias dipanjatnya dan suka sekali naik turun tangga.
Selanjutnya
ia mulai bias diajari berpakaian, tepatnya pada usianya yang ke-23 bulan. Waktu
tidurnya pun mulai teratur, sekitar 10-12 jam (termasuk tidur siang). Ia mulai
bias diajari menggunakan toilet dan member tahu jika ingin buang air besar atau
kecil. Menjelang usia tepat 2 tahun, tumbuh kembang bayi dan balita cukup
pesat. Ia bias berjalan dan berlari dengan lancer, bias membuka pintu dan naik
tangga tanpa bantuan orang dewasa, duduk dikursi tanpa bantuan, dan mencuci
tangan sendiri. Ia juga mulai menunjukan minat pada buku bergambar, seriring
dengan semakin luas kemampuannya untuk berimajinasi.
Direntang
usia 1-2 tahun ini, waspada jika si kecil tidak bias berjalan, berjalan tapi
geraknya abnormal, tidak bias merangkai kalimat (hanya mengucapkan 1 kata saja
saat berkomunikasi), tidak memahami fungsi alat-alat yang dilihatnya
sehari-hari (sendok, TV, sepeda, boneka), dan belum bias memahami klasifikasi benda
(bentuk, warna, dan sebagainya).
C. Pijat Bayi
1.
Pengertian
Pijat
adalah terapi sentuh tertua yang dikenal manusia dan yang paling popular. Pijat
adalah seni perawatan kesehatan dan pengobatan yang dipraktikan sejak
berabad-abad silam. Bahkan, diperkirakan ilmu ini telah dikenal sejak awal
manusia diciptakan ke dunia, mungkin karena pijat berhubungan sangat erat
dengan kehamilan dan proses kelahiran manusia.
Pengalaman
pijat pertama yang dialami manusia ialah pada waktu dilahirkan, yaitu pada
waktu melalui jalan lahir si ibu. Proses kelahiran adalah suatu pengalaman
traumatic bagi bayi karena bayi yang lahir harus meninggalkan rahim yang
hangat, aman, nyaman, dan dengan keterbatasan ruang gerak menuju ke suatu dunia
dengan kebebasan geraktanpa batas, yang menakutkan, tanpa sentuhan-sentuhan
yang nyaman dan aman disekelilingnya, seperti halnya ketika berada didalam
rahim (Roesli, 2009)
2.
Tujuan Pijat bayi
Dalam
sudut pandang fisioterapis, pijat bayi mempunyai beberapa tujuan dalam
pelaksanaanya. Berikut beberapa tujuannya :
a.
Mencegah posisi yang salah.
b.
Mencegah terjadinya kontraktur (suatu keadaan tidak ada atau kurangnya
pergerakan dari persendian).
c.
Memperbaiki kekuatan otot dan persendian bayi.
d.
Meningkatkan kemampuan reaksi penglihatan dan pendengaran.
e.
Memberikan pendidikan kepada orangtua dengan cara menggendong dan
memandikan bayi. (Riksani, 2009)
3.
Manfaat Pijat Bayi
a.
Secara umum, berikut ini beberapa manfaat yang didapatkan saat melakukan
pijat bayi :
1)
Membantu perkembangan system imun tubuh
2)
Merelaksasi tubuh bayi
3)
Membantu mengatasi gangguan tidur sehingga bayi dapat tidur dengan
nyaman dan nyenyak
4)
Meningkatkan proses pertumbuhan bayi
5)
Menumbuhkan perasaan positif pada bayi
6)
Mencegah resiko gangguan pencernaan dan serangan kolik lainnya.
7)
Memudahkan buang air besar sehingga perut bayi menjadi lega
8)
Memperlancar peredaran darah serta menambah energi bayi
b. Manfaat pijat bayi menurut (Roesli,2001) adalah:
1)
Meningkatkan
daya tahan tubuh
2)
Meningkatkan
pertumbuhan
3)
Meningkatkan
daya tahan tubuh
4)
Meningkatkan
produksi ASI
5)
Memperbaiki
sirkulasi darah dan pernafasan
6)
Mengurangi
kembung dan kolik yang di akibatkan karena
mengkonsumsi susu formula
7)
Mengurangu depresi pada bayi
c.
Manfaat
pijat bayi bagi orang tua
1)
Membangun
kepercayaan dan kedekatan antara bayi dengan orang tua. Sentuhan yang diberikan
orang tua selama proses pemijatan kepada bayinya akan direspon sebagai bentuk
perlindungan, cinta dan kasih sayang.
2)
Membantu
kedekatan, memberikan stimulasi, dan kontak fisik.
3)
Memberikan
kepercayaan diri dalam merawat bayi.
4)
Orang tua
dapat memantau pertumbuhan dan perkembangan bayi.
5)
Mengurangi
depresi post natal (Riksani, 2009).
4.
Pijat
bayi dapat dimulai segera setelah lahir, kapan saja sesuai keinginan orang tua.
(Roesli, 2001).
a.
Persiapan
Sebelum Memijat antara lain :
1)
Tangan
bersih dan hangat
2)
Hindari
goresan pada kulit bayi akibat kuku dan perhiasan
3)
Ruang
hangat dan tidak pengap
4)
Bayi
sudah selesai makan atau bayi sedang tidak lapar
5)
Menyediakan
waktu khusus yang tidak diganggu oleh hal lain minimum 15 menit untuk melakukan
seluruh tahapan pemijatan
6)
Duduklah
dengan posisi nyaman dan tenang
7)
Baringkanlah
bayi di atas permukaan kain yang rata, lembut, dan bersih
8)
Siapkan
handuk, popok, baju ganti, dan minyak atau baby oil/lotion
9)
Minta
izin pada bayi sebelum melakukan pemijatan dengan cara membelai wajah dan
kepala bayi sambil mengajak bicara (Riksani, 2009).
b. Tindakan yang tidak dilanjurkan selama pemijatan (Roesli, 2001):
1)
Jangan
memijat bayi langsung setelah bayi selesai makan.
2)
Jangan
membangunkan bayi khusus untuk pemijatan.
3)
Jangan
memijat pada saat bayi dalam keadaan tidak sehat.
4)
Jangan
memijat bayi pada saat bayi tak mau dipijat.
5)
Jangan
memaksakan posisi pijat tertentu pada bayi.
5.
Urutan
melakukan pijat pada bayi (Roesli, 2008):
a. Kaki
1) Perahan cara India
a) Peganglah kaki bayi pada pangkal paha, seperti memegang
pemukul soft ball
b) Gerakan tangan ke bawah secara bergantian, seperti
memerah susu
2) Peras dan putar
a) Pegang kaki bayi pada pangkal paha dengan kedua tangan
secara bersamaan
b) Peras dan putar kaki bayi dengan lembut dimulai dari
pangkal paha ke arah mata kaki
3) Telapak kaki
a) Urutlah telapak kaki bayi dengan kedua ibu jari secara
bergantian, dimulai dari tumit menuju jari-jari di seluruh telapak kaki
4) Tarikan lembut jari
a) Pijatlah jari-jarinya satu persatu dengan gerakan memutar
menjauhi telapak kaki, diakhiri dengan tarikan kasih yang lembut pada tiap
ujung jari.
b) pangkal kaki ke arah tumit.
5) Titik tekan
a) Tekan-tekanlah kedua ibu jari secara bersamaan di seluruh
permukaan telapak kaki dari arah tumit ke jari-jari
6) Punggung kaki
a) Dengan mempergunakan kedua ibu jari secara bergantian
pijatlah punggung kaki dari pergelangan kaki ke arah jari-jari secara
bergantian
8) Peras dan putar pergelangan kaki
a) Buatlah gerakan seperti memeras dengan mempergunakan ibu
jari dan jari-jari lainnya di pergelangan kaki bayi.
9) Gerakan akhir
a) Setelah gerakan 1 sampai 11 dilakukan pada kaki kanan dan
kiri, rapatkan kedua kaki bayi
b) Letakkan kedua tangan
anda secara bersamaan pada pantat dan pangkal paha
c) Usap kedua kaki bayi dengan tekanan lembut dari paha ke
arah pergelangan kaki. Ini merupakan gerakan akhir bagian kaki.
b. Perut
1)
Gerakan
mengayuh sepeda dengan kaki diangkat
a)
Angkat
kedua kaki bayi dengan salah satu tangan
b)
Dengan
tangan yang lain, pijat perut bayi dari perut bagian atas sampai ke jarjari
kaki
2)
Gerakan
ibu jari kesamping
a)
Letakkan
kedua ibu jari dari samping kanan-kiri pusar perut
b)
Gerakan
kedua ibu jari ke arah tepi perut kanan dan kiri
3)
Gerakan
bulan-matahari
a)
Buat
lingkaran searah jarum jam dengan jari tangan kiri mulai dari perut sebelah
kanan bawah (daerah usus buntu) ke atas, kemudian kembali ke daerah kanan bawah
(seolah membentuk ganbar matahari M)
b)
Gunakan
tangan kanan untuk membuat gerakan setengah lingkaran mulai dari bagian kanan
bawah perut bayi sampai bagian kiri perut bayi (seolah membentuk gambar bulan
B)
c)
Lakukan
kedua gerakan ini bersama-sama. Tangan kiri selalu membuat bulatan penuh
(matahari), sedangkan tangan kanan akan membuat gerakan setengah lingkaran
(bulan)
4)
Gerakan
I Love You
a)
”I”
Pijatlah perut bayi mulai dari bagian kiri atas ke bawah dengan menggunakan
jari-jari tangan kanan membentuk huruf ”I”
b)
”LOVE”
Pijatlah perut bayi membentuk huruf ”L” terbalik, mulai dari kanan atas ke kiri
atas, kemudian dari kiri atas ke kiri bawah
c)
”YOU”
Pijatlah perut bayi membentuk huruf ”U” terballik, mulai dari kanan bawah
(daerah usus buntu) ke atas, kemudian ke kiri, ke bawah, dan berakhir di perut
bawah
c.
Dada
1)
Jantung
Besar
a)
Buatlah
gerakan yang menggambar jantung dengan meletakkan ujung-ujung jari kedua
telapak tangan anda di tengah dada bayi/ulu hati
b)
Buatlah
gerakan ke atas sampai di bawah leher, kemudian ke samping di atas tulang
selangka, lalu ke bawah membentuk bentuk jantung, dan kembali ke ulu hati
2)
Gerakan
Kupu-kupu
a)
Buatlah
gerakan diagonal seperti gambaran kupu-kupu, dimulai dengan tangan kanan
membuat gerakan memijat menyilang dari tengah dada / ulu hati ke arah kanan,
dan kembali ke ulu hati
b)
Gerakan
tangan kiri anda ke bahu kiri dan kembali ke ulu hati
d.
Tangan
1)
Memijat
Ketiak
a)
Buatlah
gerakan memijat pada daerah ketiak dari atas ke bawah.
2)
Gerakan
membuka tangan
a)
Pijat
telapak tangan dengan kedua ibu jari, dari pergelangan tangan ke arah jari-jari
3)
Putar
jari-jari
a)
Pijat
lembut jari bayi satu persatu menuju ke arah ujung jari dengan gerakan memutar
b)
Akhirilah
gerakan ini dengan tarikan lembut pada setiap ujung jari
4)
Peras
dan putar pergelangan tangan
a)
Peraslah
sekeliling pergelangan tangan dengan ibu jari dan jari telunjuk
5)
Perahan
cara Swedia
Arah pijatan cara swedia adalah dari pergelangan tangan
ke arah badan. Pijatan ini berguna untuk mengalirkan darah ke jantung dan
paru-paru.
a)
Gerakan
tangan kanan dan kiri anda secara bergantian mulai dari pergelangan tangan
kanan bayi ke arah pundak
b)
Lanjutkan
dengan pijatan dari pergelangan kiri bayi ke arah pundak.
6)
Gerakan
Menggulung
a)
Peganglah
lengan bayi bagian atas / bahu dengan kedua telapak tangan
b)
Bentuklah
gerakan menggulung dari pangkal lengan menuju ke arah pergelangan tangan /
jari-jari
e.
Muka
1)
Dahi
: Menyeterika dahi
a)
Letakkan
jari-jari kedua tangan anda pada pertengahan dahi
b)
Tekankan
jari-jari anda dengan lembut mulai dari tengah dahi keluar ke samping kanan dan
kiri seolah menyeterika dahi atau membuka lembaran buku
c)
Gerakan
ke bawah ke daerah pelipis, buatlah lingkaran-lingkaran kecil di daerah
pelipis, kemudian gerakan ke dalam melalui daerah pipi di bawah mata
2)
Alis
: Menyeterika alis
a)
Letakkan
kedua ibu jari anda di antara kedua alis mata
b)
Gunakan
kedua ibu jari untuk memijat secara lembut pada alis mata dan di atas kelopak
mata, mulai dari tengah ke samping seolah menyeterika alis
3)
Hidung
: Senyum I
a)
Letakkan
kedua ibu jari anda pada pertengahan alis
b)
Tekan
ibu jari anda dari pertengahan kedua alis turun melalui tepi hidung ke arah
pipi dengan membuat gerakan ke samping dan ke atas seolah membuat bayi tersenyum
4)
Mulut
bagian atas : Senyum II
a)
Letakkan
kedua ibu jari anda diatas mulut di bawah sekat hidung
b)
Gerakan
kedua ibu jari anda dari tengah ke samping dan ke atas ke daerah pipi seolah
membuat bayi tersenyum
5)
Mulut
bagian bawah : Senyum III
a)
Letakkan
kedua ibu jari anda ditengah dagu
b)
Tekankan
dua ibu jari pada dagu dengan gerakan dari tengah ke samping, kemudian ke atas
ke arah pipi seolah membuat bayi tersenyum.
f.
Punggung
1)
Gerakan
Menyeterika
a)
Pegang
pantat bayi dengan tangan kanan
b)
Dengan
tangan kiri, pijatlah mulai dari leher ke bawah sampai bertemu dengan tangan
kanan yang menahan pantat bayi seolah menyeterika punggung
2)
Gerakan
menyeterika dan mengangkat kaki
a)
Ulangi
gerakan menyeterika punggung, hanya kali ini tangan kanan memegang kaki bayi
dan gerakan dilanjutkan sampai ke tumit kaki bayi.
3)
Gerakan
Menggaruk
a)
Tekankan
dengan lembut kelima jari-jari tangan kanan anda pada punggung bayi
b)
Buat
gerakan menggaruk ke bawah memanjang sampai ke pantat bayi
6.
Praktik dalam melakukan pijat bayi
Praktik mempunyai beberapa
tingkatan yaitu :
a.
Presepsi
Mengenal dan memilih berbagai
obyek sehubungan dengan tindakan yang akan diambil.
b.
Respon Terpimpin
Dapat melakukan sesuatu sesuai
dengan urutan yang benar dan sesuai dengan contoh adalah merupaka indicator
praktik tingkat dua.
c.
Mekanisme
Apabila seseorang dapat
melakukan sesuatu dengan benar secara otomatis sesuatu itu sudah merupakan
kebiasaan, maka ia sudah mencapai praktik tingkat tiga.
d.
Adopsi
Suatu praktik yang sudah
berkembang dengan baik, artinya tindakan itu sudah dimodifikasi tanpa
mengurangi kebenaran tindakan tersebut. (Notoatmojo, 2003)
Factor-faktor yang
mempengaruhi praktik pijat bayi adalah :
1)
Predisposisi (presdiposing
factors) : pendidikan, ekonomi, hubungan sosial.
2)
Pendukung (enabling factors) :
lingkungan fisik, fasilitas kesehatan
3)
Penguat (reinforcing factors) :
petugas kesehatan, tokoh masyarakat.
Setelah
seseorang mengalami stimulus atau obyek kesehatan, kemudian mengadakan
penilaian atau pendapat terhadap apa yang diketahiu, proses selanjutnya
diharapkan dapat melaksanakan atau mempraktikan apa yang diketahui dan
disikapinya (Notoatmojo, 2003).
D. Pengaruh Pendidikan Kesehatan terhadap Kemampuan Ibu Dalam Melakukan
Praktik Pijat Bayi
Pendidikan kesehatan tentang pijat bayi merupakan aspek penting dalam
meningkatkan ketrampilan masyarakat karena
dengan melakukan pijat bayi secara rutin akan mendapatkan manfaat yang cukup
besar terutama dapat mengoptimalkan tumbuh kembang anak sehingga dapat menjadi
sumber daya manusia yang berkualitas (Christin, 2011)
Hasil dari penelitian (Christin, 2011) didapatkan hasil
sesudah diberikan pendidikan kesehatan lebih baik dari pada hasil sebelum diberikan
pendidikan kesehatan hal ini disebabkan
karena adanya suatu perlakuan yaitu sebelum postes para orang tua diberikan
pendidikan kesehatan. Dimana pendidikan kesehatan mencakup banyak metode,
diantaranya ceramah, diskusi kelompok, panel, forum panel, permainan peran,
simulasi, demonstrasi, simposium.
Hasil dari penelitian (Putri, 2012) bahwa pada
kelompok simulasi dan
poster (perlakuan), metode simulasi
dan poster berpengaruh terhadap
pengetahuan maupun perilaku
ibu menyusui sebelum
dan sesudahnya. Ini adalah salah satu bukti bahwa pendidikan kesehatan
dengan simulasi berpengaruh dengan pengetahuan seseorang.
Hasil dari penelitian (Wibawa, 2007) bahwa penggunaan
metode demonstrasi menyebabkan proses penerimaan peserta terhadap materi lebih
terkesan mendalam sehingga membentuk pengertian dengan baik dan sempurna.
Metode ini berhasil memberikan sumbangan yang lebih besar bagi peningkatan pengetahuan
dan perbaikan sikap.
Penelitian ini sesuai dengan teori bahwa setelah
seseorang mengalami stimulus atau obyek
kesehatan, kemudian mengadakan penilaian atau pendapat terhadap apa yang
diketahui, proses selanjutnya diharapkan dapat melaksanakan atau mempraktikkan
apa yang diketahui dan disikapinya (Notoatmodjo, 2003). Selain itu faktor lain
yang di prediksi adalah umur responden juga mempunyai pengaruh terhadap daya
tangkap dan pola pikir seseorang, semakin bertambah usia maka akan berkurang
pula daya tangkap dan pola pikirnya (Notoatmodjo, 2005).