INFEKSI
NEONATORUM
A. Definisi
Inkfesi Neonatorum atau Sepsis
adalah infeksi bakteri umum generalisata yang biasanya terjadi pada bulan
pertama kehidupan. yang menyebar ke seluruh tubuh bayi baru lahir.Sepsis adalah
sindrom yang dikarakteristikan oleh tanda-tanda klinis dan gejala-gejala
infeksi yang parah yang dapat berkembang ke arah septisemia dan syok septik.
(Doenges, Marylyn E. 2000, hal 871).
Septisemia
menunjukkan munculnya infeksi sistemik pada darah yang disebabkan oleh
penggandaan mikroorganisme secara cepat dan zat-zat racunnya yang dapat
mengakibatkan perubahan psikologis yang sangat besar.
Sepsis
merupakan respon tubuh terhadap infeksi yang menyebar melalui darah dan
jaringan lain. Sepsis terjadi pada kurang dari 1% bayi baru lahir tetapi
merupakan penyebab dari 30% kematian pada bayi baru lahir. Infeksi bakteri 5
kali lebih sering terjadi pada bayi baru lahir yang berat badannya kurang dari
2,75 kg dan 2 kali lebih sering menyerang bayi laki-laki
Pada
lebih dari 50% kasus, sepsis mulai timbul dalam waktu 6 jam setelah bayi lahir,
tetapi kebanyakan muncul dalam waktu 72 jam setelah lahir.Sepsis yang baru
timbul dalam waktu 4 hari atau lebih kemungkinan disebabkan oleh infeksi
nasokomial (infeksi yang didapat di rumah sakit).
Pembagian Inkfesi:
1.
Inkfesi dini
terjadi 7 hari pertama kehidupan.
Karakteristik : sumber organisme pada
saluran genital ibu dan atau cairan amnion,
biasanya fulminan dengan angka
mortalitas tinggi.
2.
Inkfesi lanjutan/nosokomial
yaitu
terjadi setelah minggu pertama kehidupan dan didapat dari lingkungan pasca
lahir.
Karakteristik
: Didapat dari kontak langsung atau tak langsung dengan organisme yang
ditemukan
dari lingkungan tempat perawatan bayi, sering mengalami komplikasi.
B.
Patofisiologi
Sepsis dimulai dengan invasi
bakteri dan kontaminasi sistemik. Pelepasan endotoksin oleh bakteri menyebabkan
perubahan fungsi miokardium, perubahan ambilan dan penggunaan oksigen,
terhambatnya fungsi mitokondria, dan kekacauan metabolik yang progresif. Pada
sepsis yang tiba-tiba dan berat, complement cascade menimbulkan banyak kematian
dan kerusakan sel. Akibatnya adalah penurunan perfusi jaringan, asidosis metabolik,
dan syok, yang mengakibatkan disseminated intravaskuler coagulation (DIC) dan
kematian
Faktor- factor yang mempengaruhi
kemungkinan infeksi secara umum berasal dari tiga
kelompok, yaitu :
1.
Faktor Maternal
a. Status
sosial-ekonomi ibu, ras, dan latar belakang. Mempengaruhi kecenderungan
terjadinya infeksi dengan alasan yang tidak diketahui sepenuhnya. Ibu yang
berstatus sosio- ekonomi rendah mungkin nutrisinya buruk dan tempat tinggalnya
padat dan tidak higienis. Bayi kulit hitam lebih banyak mengalami infeksi dari
pada bayi berkulit putih.
b.
Status paritas (wanita multipara atau gravida lebih dari 3) dan umur ibu
(kurang dari 20 tahun atua lebih dari 30 tahun
c.
Kurangnya perawatan prenatal.
d.
Ketuban pecah dini (KPD)
e.
Prosedur selama persalinan.
2.
Faktor Neonatatal
a.
Prematurius ( berat badan bayi kurang dari 1500 gram), merupakan faktor resiko
utama untuk sepsis neonatal. Umumnya imunitas bayi kurang bulan lebih rendah
dari pada bayi cukup bulan. Transpor imunuglobulin melalui plasenta terutama
terjadi pada paruh terakhir trimester ketiga. Setelah lahir, konsentrasi
imunoglobulin serum terus menurun, menyebabkan hipigamaglobulinemia berat.
Imaturitas kulit juga melemahkan pertahanan kulit.
b.
Defisiensi imun. Neonatus bisa mengalami kekurangan IgG spesifik, khususnya
terhadap streptokokus atau Haemophilus influenza. IgG dan IgA tidak melewati
plasenta dan hampir tidak terdeteksi dalam darah tali pusat. Dengan adanya hal
tersebut, aktifitas lintasan komplemen terlambat, dan C3 serta faktor B tidak
diproduksi sebagai respon terhadap lipopolisakarida. Kombinasi antara
defisiensi imun dan penurunan antibodi total dan spesifik, bersama dengan
penurunan fibronektin, menyebabkan sebagian besar penurunan aktivitas
opsonisasi.
c.
Laki-laki dan kehamilan kembar. Insidens sepsis pada bayi laki- laki empat kali
lebih
besar
dari pada bayi perempuan.
a.
Pada defisiensi imun bayi cenderung mudah sakit sehingga sering memerlukan
prosedur invasif, dan memerlukan waktu perawatan di rumah sakit lebih lama.
Penggunaan kateter vena/ arteri maupun kateter nutrisi parenteral merupakan
tempat masuk bagi mikroorganisme pada kulit yang luka. Bayi juga mungkin
terinfeksi akibat alat yang terkontaminasi.
b.
Paparan terhadap obat-obat tertentu, seperti steroid, bis menimbulkan resiko
pada neonatus yang melebihi resiko penggunaan antibiotik spektrum luas,
sehingga menyebabkan kolonisasi spektrum luas, sehingga menyebabkan resisten
berlipat ganda.
c.
Kadang- kadang di ruang perawatan terhadap epidemi penyebaran mikroorganisme
yang
berasal dari petugas ( infeksi nosokomial), paling sering akibat kontak tangan.
d.
Pada bayi yang minum ASI, spesiesLactbacillus danE.colli ditemukan dalam
tinjanya,
sedangkan bayi yang minum susu formula hanya didominasi olehE.col li.
Mikroorganisme
atau kuman penyebab infeksi dapat mencapai neonatus melalui beberapa
cara
yaitu :
a.
Pada masa antenatal atau sebelum lahir pada masa antenatal kuman dari ibu
setelah melewati plasenta dan umbilicus masuk kedalam tubuh bayi melalui
sirkulasi darah janin. Kuman penyebab infeksi adalah kuman yang dapat menembus
plasenta, antara lain virus rubella, herpes, sitomegalo, koksaki, hepatitis,
influenza, parotitis. Bakteri yang dapat
melalui
jalur ini antara lain malaria, sifilis dan toksoplasma.
b.
Pada masa intranatal atau saat persalinan infeksi saat persalinan terjadi
karena kuman yang ada pada vagina dan serviks naik mencapai kiroin dan amnion
akibatnya, terjadi amnionitis dan korionitis, selanjutnya kuman melalui
umbilkus masuk ke tubuh bayi. Cara lain, yaitu saat persalinan, cairan amnion
yang sudah terinfeksi dapat terinhalasi oleh bayi dan masuk ke traktus
digestivus dan traktus respiratorius, kemudian menyebabkan infeksi pada lokasi
tersebut. Selain melalui cara tersebut diatas infeksi pada janin dapat terjadi
melalui kulit bayi atau “port de entre” lain saat bayi melewati jalan lahir
yang terkontaminasi oleh kuman (mis. Herpes genitalis, candida albican dan
gonorrea).
c.
Infeksi pascanatal atau sesudah persalinan. Infeksi yang terjadi sesudah
kelahiran umumnya terjadi akibat infeksi nosokomial dari lingkungan diluar
rahim (mis, melalui alat-alat; pengisap lendir, selang endotrakea, infus,
selang nasagastrik, botol minuman atau dot). Perawat atau profesi lain yang
ikut menangani bayi dapat menyebabkan terjadinya infeksi nasokomial.
2.3
Tanda dan Gejala
a.
Umum : panas, hipotermi, tampak tidak sehat, malas minum, letargi, sklerema
b.
Saluran cerna : distensi abdomen, anoreksia, muntah, diare, hepatomegali
c.
Saluran napas : apnea, dispnea, takipnea, retraksi, napas cuping hidung,
merintih,
sianosis.
d.
Sistem kardiovaskuler : pucat, sianosis, kulit marmorata, kulit lembab,
hipotensi,
takikardi,
bradikardia.
e.
Sistem saraf pusat : irritabilitas, tremor, kejang, hiporefleksi, malas minum,
pernapasan
tidak
teratur, ubun-ubun menonjol,high-pitched cry
f.
Hematologi : ikterus,splenomegali, pucat, petekie, purpura, pendarahan.
(Kapita
selekta kedokteran Jilid II,Mansjoer Arief 2008)
Gejala
sepsis yang terjadi pada neonatus antara lain bayi tampak lesu, tidak kuat
menghisap, denyut jantungnya lambat dan suhu tubuhnya turun-naik. Gejala-gejala
lainnya dapat berupa gangguan pernafasan, kejang, jaundice, muntah, diare, dan
perut kembung
Gejala
dari sepsis neonatorum juga tergantung kepada sumber infeksi dan
penyebarannya:
a.
Infeksi pada tali pusar (omfalitis) menyebabkan keluarnya nanah atau darah dari
pusar
b.
Infeksi pada selaput otak (meningitis) atau abses otak menyebabkan koma,
kejang,
opistotonus
(posisi tubuh melengkung ke depan) atau penonjolan pada ubun-ubun
c.
Infeksi pada tulang (osteomielitis) menyebabkan terbatasnya pergerakan pada
lengan atau
tungkai
yang terkena
d.
Infeksi pada persendian menyebabkan pembengkakan, kemerahan, nyeri tekan dan
sendi
yang
terkena teraba hangat
e.
Infeksi pada selaput perut (peritonitis) menyebabkan pembengkakan perut dan
diare
berdarah
2.4
Komplikasi
1.
Meningitis
2.
Hipoglikemia, asidosis metabolik
3.
Koagulopati, gagal ginjal, disfungsi miokard, perdarahan intrakranial
4.
ikterus/kernikterus
2.5
Penatalaksanaan
1.
Suportif
–
Lakukan monitoring cairan elektrolit dan glukosa
–
Berikan koreksi jika terjadi hipovolemia, hipokalsemia dan hipoglikemia
–
Bila terjadi SIADH (Syndrome of Inappropriate Anti Diuretik Hormon) batasi
cairan
–
Atasi syok, hipoksia, dan asidosis metabolic.
–
Awasi adanya hiperbilirubinemia
–
Lakukan transfuse tukar bila perlu
–
Pertimbangkan nurtisi parenteral bila pasien tidak dapat menerima nutrisi
enteral.
2.
Kausatif
Antibiotic
diberikan sebelum kuman penyebab diketahui. Biasanya digunakan golongan
Penicilin seperti Ampicillin ditambah Aminoglikosida seperti Gentamicin. Pada
sepsis nasokomial, antibiotic diberikan dengan mempertimbangkan flora di ruang
perawatan, namun sebagai terapi inisial biasanya diberikan vankomisin dan aminoglikosida
atau sefalosforin generasi ketiga. Setelah didaapt hasil biakan dan uji
sistematis diberikan antibiotic yang sesuai. Tetapi dilakukan selama 10-14
hari, bila terjadi Meningitis, antibiotic diberikan selama 14-21 hari dengan
dosis sesuai untuk Meningitis.
Pada
masa Antenatal
Perawatan
antenatal meliputi pemeriksaan kesehatan ibu secara berkala, imunisasi,
pengobatan
terhadap penyakit infeksi yang diderita ibu, asupan gizi yang memadai,
penanganan
segera terhadap keadaan yang dapat menurunkan kesehatan ibu dan janin.
Rujuk
ke pusat kesehatan bila diperlukan.
Pada
masa Persalinan
Perawatan
ibu selama persalinan dilakukan secara aseptik.
Pada
masa pasca Persalinan
Rawat
gabung bila bayi normal, pemberian ASI secepatnya, jaga lingkungan dan
peralatan
tetap bersih, perawatan luka umbilikus secara steril.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar